CILEGON, teropongbanten.id – PT Krakatau Steel terlilit hutang yang nominalnya mencapai Rp. 35.22 triliun. Nilai tersebut berdasarkan pembukuan keuangan perusahaan pada akhir tahun lalu. Bahkan selama tujuh tahun berturut-turut perusahaan ini mencatatakan kinerja keuangan minor.
Direktur Utama PT. Krakatau Steel, Silmy Karim mengungkapkan, salah satu penyebab utang perseroan membengkak yakni lantaran adanya investasi di masa lalu yang tak berjalan sesuai rencana. Di samping itu, inefisiensi operasional perusahaan juga memiliki andil terhadap kondisi keuangan perusahaan.
Seperti dikutip dari kumparan.com, tahun ini perusahaan baja ini akan melakukan restrukturisasi di tiga sektor, yakni restrukturisasi utang, restrukturisasi organisasi, dan restrukturisasi bisnis. Untuk restrukturisasi utang, Krakatau Steel tengah melobi kreditur untuk memperingan tagihan.
“Kemudian kita juga punya saldo utang yang meningkat sehingga total Krakatau Steel harus melakukan restrukturisasi utang. Utang yang direstrukturisasi sekitar USD 2,2 miliar atau sekitar 30 triliun,” jelas Silmy.
Sementara untuk restrukturisasi organisasi, Krakatau Steel akan memangkas 30 persen posisi atau jabatan yang ada, dari semula 6.264 posisi menjadi 4.352 posisi. Nantinya pegawai yang terkena imbas program ini akan dipekerjakan di anak maupun cucu usaha.
Silmy menjelaskan, perampingan dilakukan karena di tubuh Krakatau Steel terdapat tujuh layer pemimpin yang memiliki kewenangan pengambilan keputusan.
Menurut Silmy, organisasi bisnis modern hanya terdapat lima layer pemimpin. Hal tersebut untuk mempermudah koordinasi dalam pengambilan keputusan saat terdapat masalah, dan merespons peluang usaha yang dapat menguntungkan perseroan.
“Kita kan butuh cepat. Ada persoalan, cepat diselesaikan. Ada peluang, cepat dimanfaatkan. Bukan kemudian rapat-rapat, kemudian masalahnya sudah terlambat direspons. Peluangnya sudah diambil orang lain,” katanya.
Sedangkan untuk restrukturisasi bisnis, Krakatau Steel akan melakukan penggabungan antar anak atau cucu usaha, dan kerja sama antara anak atau cucu usaha dengan swasta. Tujuannya yakni untuk mengoptimalkan pelayanan.
“Kita gabung supaya lebih besar. Hal-hal semacam ini diharapkan bisa meningkatkan kinerja. 2019 kita fokus pada restrukturisasi,” tegas Silmy. (jeph)